Rabu, 11 Agustus 2021

Perdamaian dunia yang abadi

 PERDAMAIAN DUNIA YANG ABADI

Aku selama ini tak mempercayai adanya keajaiban. Walaupun aku sering melihat banyak fakta tentang adanya keajaiban. Tetapi aku tak percaya sama sekali dengan keajaiban itu. Sampai akhirnya, ada satu hal yang membuat aku menjadi percaya akan keajaiban itu berkat ibuku sendiri.


"Semit! Kamu harus meneruskan perjuangan paman… hanya kamu Yang diwariskan aliran darah itu! Kamu harus selamatkan perdamaian dunia ini!" Ungkap paman kepadaku. Saat itu, duniaku yang aku sudah lama tempati sudah sangat hancur lebur.Tidak banyak yang dapat merubah keadaan ini. Entah sejak kapan Dunia kami dipenuhi dengan monster-monster menjijikkan dalam bentuk naga raksasa. Mereka memperbudak seluruh manusia yang ada di Dunia ini. 


Sudah banyak nyawa yang hilang di Dunia ini. Dan konon, yang bisa memusnahkan monster naga itu hanyalah Pedang Api.

"Tapi, paman kenapa harus aku? Aku hanya seorang anak remaja lelaki yang tidak mempercayai keajaiban dan aku tidak yakin bisa melakukan hal itu paman!" Tolakku kepada paman.

… 

"Keponakanku… hanya kamu yang bisa melakukannya. Apa kamu tidak melihat banyak yang sudah kehilangan nyawa? Bahkan, Anak kecil yang tak bersalah pun ikut menjadi korban. Sekali lagi, paman mohon… hari ini adalah hari terakhir kita untuk selamatkan Dunia!”  ujar paman kepada ku.

Hatiku mulai luluh dengan perkataan paman Sebenarnya, Aku sangat tak tega melihat banyak pertumpahan darah. Terlebih ketika ayah, ibu saudara laki-lakiku, dan keponakanku terbunuh oleh naga-naga yang buruk itu. Perlahan, air mataku menetes membasahi pipiku. Aku membulatkan tekad hatiku untuk menyelamatkan  Dunia, memusnahkan naga-naga yang buruk rupa dan menjijikkan itu, monster yang telah mengurangi kelengkapan dan kebahagiaan aku yang sudah merebut keluarga kesayangan ku.

“Baik, paman . Aku berjanji, akan menyelamatkan Dunia ini!” tekadku. Aku melihat paman senyuman di wajahnya, Aku membalas senyum itu dengan sangat manis dan tulus. Saat itu pula, Aku dan paman ku beranjak menuju sebuah tempat yang tak pernah dimasuki siapa pun. Di sana, terlihat sebuah pedang yang memancarkan api panas yang membara. Semua orang tak dapat mengambil pedang itu, karena diselimuti api abadi yang tak pernah padam. 

Tanganku mengambil pedang itu, tak kurasakan panas sedikit pun walaupun api abadi itu terus memancar, menyemburkan rasa panas yang perih.

Sekali lagi, paman. tersenyum dan menatapku. Percaya, itulah yang ku dapat dari tatapan paman. Kaki kecilku ku kuatkan untuk melangkah, tanganku ku eratkan memegang pedang itu, hatiku ku tekadkan untuk menyelamatkan Dunia. Satu yang akan kuhadapi, yaitu menghadapi ratusan naga buruk yang telah merusak Dunia.

“Semit… jika kamu ingin semua ini cepat berakhir, kamu harus membunuh sang raja naga! Dialah sumber dari semua naga itu!” ingat paman kepadaku.Baik paman, Aku akan berusaha!” ujarku. Semangatku semakin berkobar. Pedang yang selama ini ada ditanganku terus memancarkan sinar merah dari apinya.

Aku terus berlari, meninggalkan paman. Mencari sang raja naga dan akan membunuhnya.

Sudah hampir 5 hari Aku berlari, tak ada lelah yang kurasa. Mungkin itu suatu keajaiban. Saat itu, keajaiban sudah tak dapat ku ragukan lagi. Sampai akhirnya, aku lihat Dunia bagai neraka. Raja naga terlihat jelas di depan mataku. Selain naga buruk itu yang ku lihat, banyak sekali manusia yang menderita akibat naga buruk itu. Semua manusia di sana diperbudak olehnya, banyak yang disiksa olehnya.

Mataku sudah tak tahan lagi melihat semua penderitaan itu, rasanya api di hatiku sudah mulai terbakar. Sudah tak ada lagi rasa takut di hati ini, keajaiban itu, telah menambah kekuatan pada hatiku. Pedang Api ini, terlihat mulai memancarkan banyak api ke arah raja naga buruk itu. Namun, yang ku lihat hanya senyum licik dari mulut lebar naga yang sangat kubenci.

… 

“Ha… ha… ha… apa yang kamu lakukan anak kecil?!” naga itu membuka mulutnya yang lebar, matanya terlihat begitu menyeramkan, namun tak dapat membuatku takut. “Apa? Apa yang kulakukan? Lihat saja nanti! Akan ku musnahkan kau naga buruk rupa!"seruku. Cahaya mataku seakan memancarkan kobaran api semangat yang terus menguatkanku.

Aku memejamkan mataku, yakin akan ada keajaiban yang datang. Kuarahkan pedangku ke arah naga buruk rupa itu, ku kuatkan hatiku dan terdengarlah suara ledakan yang sangat dahsyat. Sesaat setelah ledakan itu, Aku masih belum membuka mataku. Terasa badanku merasakan panas api yang sangat perih. Namun itu hanya sesaat, api itu tiba-tiba padam dan berubah menjadi angin sejuk yang damai.

… 

Perlahan ku buka kelopak mataku,  kulihat Dunia telah kembali kini. Angin sejuk itu telah mengembalikan ketenangan di Dunia. Walaupun nyawa yang hilang itu tak dapat kembali, tapi ku lihat banyak senyum dan pelukan yang ada di depan mataku. Semua menjadi damai. Setelah cukup lama Aku menyaksikan kembalinya kedamaian dunia ini, Aku teringat akan paman. Aku berlari sekuat tenaga, untuk menghampiri paman yang telah menguatkan tekadku.

… 

“pamaan!!!” teriakku keras ketika melihat tubuh pamanku terbaring lemah tak bernyawa.

“paman… bangun paman! Aku sudah berhasil paman! Naga-naga itu telah musnah sekarang! Paman, bangun!!!” 

teriakku keras. Aku tak dapat menahan air mataku. Air mata itu terus mengalir, membasahi pipiku. Cukup, Aku kehilangan orang yang kucintai. Tapi tolong, jangan ambil kedamaian dunia ini lagi! Aku membatin. Perlahan, Aku menghapus air mataku. Aku sadar, tak ada yang abadi di Dunia ini.

Aku membatin. Perlahan, Aku menghapus air mataku. Aku sadar, tak ada yang abadi di Dunia ini. Aku pun mengikhlaskan paman, keluarga dan sahabatku yang telah pergi. Sekarang, Aku berjanji, akan terus menjaga kedamaian dunia ini.

Selesai

Pesan moral:"walaupun awalnya kita tidak percaya kepada keajaiban yang sering kita lihat di sekitar kita perlahan-lahan keajaiban itu akan datang seperti cerpen diatas."

 Karya: Vincentius Semit Darmawan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kekasih idaman

 Kekasih Idaman Di Sebuah kota yang besar di negara Tokyo Jepang, hiduplah remaja berusia 17 tahun bernama kazuraba Kouta dia tinggal di Tok...